Selasa, 29 November 2016

Media Pembelajaran Online

Pembelajaran online (juga dikenal dengan pembelajaran elektronik, atau e-Learning) merupakan hasil dari suatu pembelajaran yang disampaikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Bahannya biasa sering diakses melalui sebuah jaringan. Sumbernya bisa berasal dari website, internet, intranet, CD-ROM, dan DVD. Selain memberikan instruksi, e-learning juga dapat memonitor kinerja peserta didik dan melaporkan kemajuan peserta didik. E-learning tidak hanya mengakses informasi (misalnya, halaman web), tetapi juga  membimbing peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang spesifik (misalnya, tujuan). SimakBaca secara fonetik.
Potensi untuk aplikasi pendidikan pembelajaran online telah berkembang. Siswa tidak hanya dapat mengakses pengetahuan dari buku pelajaran, tetapi juga dapat mengakses materi pelajaran dari luar sekolah . Guru dan siswa dapat memperoleh informasi yang banyak, tidak terbatas, dan dapat di akses dari beberapa perpustakaan di seluruh dunia!
Siswa dan guru dapat meningkatkan pembelajaran di kelas dengan mengakses informasi dari berbagai sumber (database, perpustakaan, kelompok minat khusus), berkomunikasi melalui komputer dengan siswa lain atau dengan para ahli di bidang studi tertentu, dan saling bertukar informasi. Kegiatan seperti yang dilakukan oleh geografis nasional memungkinkan siswa dan guru bersama-sama untuk menuai keuntungan dari menghubungkan jaringan nasional siswa, guru, dan ilmuwan untuk menyelidiki berbagai topik.
Guru dan para siswanya dapat mengakses dokumen elektronik untuk memperkaya pengetahuannya. Siswa dapat berpartisipasi aktif karena pembelajaran online menyediakan sebuah lingkungan belajar yang interaktif. Siswa dapat menghubungkan informasi eletronik ke dokumen dan proyek mereka, membuat dokumen elektroniknya “hidup” dengan tombol hypertext.
Karena komputer memiliki kemampuan untuk memberikan informasi dengan berbagai media (termasuk cetakan, video, dan rekaman suara dan musik) komputer menjadi sebuah perpustakaan yang tidak terbatas. Betapapun siswa mampu untuk segera berkomunikasi dengan teks, gambar, suara, data, dan video dua arah. Interaksi yang dihasilkan dapat mengubah peran siswa dan guru. Guru dapat dipisahkan secara geografiis dari siswanya, dan siswa dapat belajar dari siswa lain di kelas seluruh dunia.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Belajar Online
E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi      e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) Dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
(2) Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994, CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul   LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk                 mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
(4) Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS  menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya.
1. Strategi Penyampaian Pembelajaran Mengenai strategi penyampaian pembelajaran  menekankan pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran, kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa, dan dalam  struktur belajar mengajar yang bagaimana.
Strategi pengelolaan menekankan pada penjadualan penggunaan setiap komponen strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran, termasuk pula pembuatan catatan tentang kemajuan belajar siswa. Strategi penyampaian (delivery strategy) mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada si belajar, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari si belajar. Oleh karena fungsinya seperti ini, maka strategi ini juga dapat disebut sebagai metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Gagne dan Briggs (1979:175) menyebut strategi ini dengan delivery system, yang didefinisikan sebagai “the total of all components necessary  to  make  an  instructional    system    operate    as    intended“.  
Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup lingkungan fisik, guru, bahan-bahan pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Atau, dengan ungkapan lain, media  merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Itulah sebabnya, media pembelajaran  merupakan bidang kajian utama strategi ini. Secara lengkap ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu:
(1)  Media pembelajaran,
(2)  Interaksi si-belajar dengan media,
(3)  Bentuk (struktur) belajar-mengajar.
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada si-belajar, apakah itu orang, alat, atau bahan. Interaksi si-belajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh si-belajar dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu. Bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran  yang mengacu kepada apakah siswa belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah mandiri.
2. Media Pembelajaran Martin dan Briggs (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si-belajar. Ini bisa  berupa perangkat keras, seperti HP, komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangkat keras itu. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru juga termasuk media pembelajaran  sehingga merupakan bagian dari kajian strategi penyampaian. Media online, umpamanya, tidak terikat oleh waktu dan ruang. Media ini menyajikan sesuatu yang sudah berlalu dan dapat diulangi. Kaitan dengan strategi penyampaian, Dibedakannya menjadi enam: pembelajaran kelas besar, pembelajaran perseorangan, pembelajaran kelompok kecil, belajar mandiri, belajar/praktek di lapangan kerja, dan belajar di rumah; dengan media pembelajaran, serta mengaitkan kedua hal ini dengan jenis kegiatan belajar, metode pembelajaran, dan peranan guru. Komunikasi antara guru dan siswa tidak hanya sebatas di dalam ruangan kelas, mereka bisa belajar dan berinteraksi dimana saja. Email, facebook, twitter dan blog menjadi media komunikasi interaktif pembelajaran jarak jauh antara siswa dan guru serta dengan komunitas lainnya di seluruh dunia. Dengan memanfaatkan media online tersebut maka kegiatan pembelajaran sekarang ini tidak hanya dilakukan di ruang kelas dengan waktu yang terbatas, namun bisa dilaksanakan di mana saja dan kapan saja.
Pemanfaatan teknologi Media Online dalam pembelajaran diharapkan membawa perubahan pula pada pendekatan mengajar dan belajar. Dengan memanfaatkan teknologi dan informasi (media online)tersebut, pembelajaran dapat dibuat menjadi jauh lebih menarik, efektif dan efisien jika dirancang dengan baik. Dibalik semua kelebihan dari alat peraga maya online ini, maka beberapa kemungkinan yang perlu diantisipasi dalam pelaksanaannya adalah adanya gangguan jaringan yang menyebabkan proses loading tidak lancar, kemudian perhatikan juga tingkat literacy siswa terhadap komputer dan internet, jangan sampai terjadi siswa justru merasa lebih sulit menggunakan alat peraga dikarenakan belum terbiasa dengan program yang digunakan.